Posts

Jalan menuju keselamatan...

Jalan menuju keselamatan... Lebih baik bawa payung tapi tidak hujan, dibandingkan tidak bawa payung tapi hujan. Jika tidak hujan, payungnya bisa digunakan untuk memayungi diri dari teriknya sinar matahari. Spirit yang sama juga sebaiknya diterapkan ketika dunia sedang dibikin takut oleh virus corona. Ada sahabat dari Bali menulis: "Saya tidak takut sama penyakit, hanya takut sama Tuhan". Boleh saja berpendapat seperti itu. Namun layak direnungkan lebih dalam, Tuhan bisa menyelamatkan alam dengan berbagai cara. Salah satunya melalui penyakit. Pada segelintir sahabat dekat di Bali pernah diceritakan: "Suara Genta (bel suci) paling halus, lembut dan menyentuh pernah terdengar di Pura Basukian Besakih". Basukian artinya jalan menuju keselamatan. Ketika pesan ini disampaikan pada Jero Mangku di Pura Basukian, beliau sangat terharu, bahkan mengirim Genta sakral melalui Jero Mangku Putera Weda di Pura Dalem Puri. Berikut beberapa langkah untuk memayungi diri. Agar pa

Dari Bali untuk dunia..

Dari Bali untuk dunia... Organisasi kesehatan dunia WHO sudah mengumumkan secara resmi bahwa virus corona telah menyebar ke seluruh dunia. Ajakannya kemudian, mari menggunakan apa yang ada di lingkungan masing-masing untuk memperkecil dampak negatif virus corona. Dan di pulau cinta kasih Bali, ada banyak kearifan tua yang diharapkan bisa ikut menyelamatkan dunia. Sebuah tempat di Bali yang telah menyembuhkan jutaan manusia dari seluruh dunia bernama Ubud. Ia berarti obat. Yang layak direnungkan lebih dalam, Ubud berada di Bali tengah. Ia sedang berbagi pesan pada dunia, jika mau terobati di zaman ini, selalu bimbing diri agar tumbuh di tengah. Di tengah itulah keseimbangan lebih mungkin tercapai. Sahabat-sahabat yang mendalami hubungan dekat antara body (tubuh), mind (pikiran) dan spirit mengerti, begitu seseorang seimbang di tengah, kemungkinan sehat dan selamatnya tinggi sekali. Ajakannya, mari belajar seimbang dalam arti seluas-luasnya. Dari seimbang antara material spiritual,

Pulang kembali ke rumah jiwa bernama keluarga...

Pulang kembali ke rumah jiwa bernama keluarga... Asal peka dan kaya akan rasa, selalu ada pesan bimbingan di balik kejadian-kejadian. Lebih-lebih kejadian besar bernama virus corona. Ada tangan rahasia yang memberikan komando pada umat manusia: "Jauhkan diri dari keramaian. Temukan kedamaian dalam kesendirian". Jangankan orang biasa, bahkan negara adi kuasa pun jadi penurut di depan komando jenis ini. Ia membuka lagi jalan setapak tua yang ditinggalkan banyak orang: "Merawat dan menyayangi keluarga". Sedekat apa pun persahabatan di luar, tidak ada hubungan antarmanusia yang lebih dekat dan lebih intim dibandingkan suami-istri. Jika orang luar tahu diri kita di permukaan, pasangan hidup yang kita ajak bertumbuh bersama puluhan tahun tahu diri kita dalam sekali. Anak dan cucu lain lagi. Setidaksempurna apa pun mereka, kita tidak punya pilihan untuk lari menjauh. Satu-satunya pilihan yang tersedia adalah merawat dan menyayangi mereka. Jika tekun dan tulus, hasiln

Bersahabat dekat dengan kejernihan...

Bersahabat dekat dengan kejernihan... "Pandemic or panic?", begitu judul sejumlah berita dunia. Di negeri kita sudah banyak sahabat jernih yang memohon untuk menyerahkan informasi soal virus corona pada pihak yang berwenang saja. Serta tidak menambahkan kepanikan baru di daftar panjang kepanikan yang telah panjang. Untuk membantu para sahabat dekat agar tenang dan nyaman kembali, berikut ringkasan e-mail yang datang pagi ini dari sahabat dekat Guruji bernama Dr. Bruce Lipton. Beliau adalah doktor (S3) yang membidangi biologi sel dari AS. Serta telah mempublikasikan buku sangat berpengaruh berjudul The Biology of Belief serta The Honey Moon Effect. Pesan-pesannya di Yotube ditonton banyak orang. 1. Studi-studi mendalam tentang penyakit kronis bercerita, penyebab utamanya bukan keturunan. Lebih dari 90 % disebabkan oleh gaya hidup. Khususnya gaya hidup yang penuh stres dan ketakutan 2. Jadi penyakit kronis bukan sebab, ia adalah akibat dari gaya hidup yang tidak sehat ya

Mempercantik jiwa dengan doa...

Mempercantik jiwa dengan doa... Setelah Jepang dihajar gempa super besar di tahun 2011, sehingga Jepang Timur nyaris rata, tidak sedikit tokoh terkemuka di sana, salah satunya pakar mikro biologi terkenal Prof. Kazuo Murakami, yang menyerukan: "Jepang yang berdoa". Ujungnya Jepang selamat. Di atap bumi Tibet pernah ada raksasa yang mau makan domba, tapi tidak bisa. Tatkala ditanyakan ke penduduk setempat, ada yang menjawab: "Raja kami setiap hari berdoa". Salah seorang cucu raja Jepang membuka rahasia, kapan saja bencana alam terjadi, di sana raja Jepang akan masuk ke ruang doa. Selama berbulan-bulan berdoa. Minta maaf secara sangat mendalam pada alam dan Tuhan. Terutama karena bencana alam adalah pantulan (masukan) bahwa hati kaisar penuh dengan noda. Di putaran waktu ketika umat manusia tidak berdaya di depan virus corona, bahkan mengalami kepanikan luar biasa, bukan tidak mungkin bisa mengarah ke hal-hal super luar biasa, mari menyebarkan pesan: "Berdoa

Bertumbuh di zaman yang riuh dan gaduh...

Tanpa angin menerjang, layang-layang tidak akan terbang. Tanpa gelombang besar, peselancar tidak indah ketika berselancar. Dengan kata lain, krisis ada di sini tidak untuk melahirkan masalah, tapi membantu jiwa-jiwa agar mekar indah. Caranya, lihat krisis seperti matahari panas yang sedang membuat bunga jadi mekar. Perlakukan rasa sakit sebagai amplas yang menghaluskan. Dibimbing ketekunan dan ketulusan, pada waktunya umat manusia akan berterimakasih pada krisis yang sedang terjadi. Penulis: Guruji Gede Prama
Ketika para sahabat diminta tinggal di rumah, tentu bukan karena alasan takut apa lagi panik. Tapi sedang diajak untuk menyelaraskan diri dengan putaran alam semesta. Seperti peselancar yang menari indah di atas gelombang. Penulis: YM Guruji Gede Prama